Selasa, 12 Agustus 2014

Jangan Menyinggung Jangan Tersinggung

Jangan Menyinggung, Jangan Tersinggung


Kita akan membahas empat prinsip sekaligus. Mulai dengan prinsip keenam: Perhatikan yang penting, pinggirkan yang tetek bengek. Hal-hal kecil memang bisa mengganggu. Misalnya debu di mata kita, krikil kecil di sepatu kita, atau sariawan di lidah kita. Tetapi usahakan agar jangan terpana dan tersandera oleh yang kecil-kecil, sehingga kita
tak mampu lagi melihat yang lebih utama.

Salah satu hukum sukses kehidupan yang terpenting adalah: perlakukan hal-hal kecil sebagai kecil, dan yang besar-besar sebagai besar. Proporsional. Jangan terbalik-balik. Sebuah toples yang sebagian telah terisi pasir dan kerikil, tidak dapat lagi memuat barang-barang yang lebih besar. Tetapi coba kita balik. Isilah toples itu lebih dahulu dengan yang besar-besar, maka pasir dan kerikil itu pun bisa masuk ke situ.

Prinsip ketujuh. Jangan cepat tersinggung. Orang yang mudah tersinggung, bisanya digolongkan ke kelompok “orang-orang sulit“. Orang-orang “kukuai”, kata orang cina. Nah, kita tidak mau ‘kan disebut begitu?

Orang-orang ini bukan cuma tidak disukai orang lain, melainkan juga menyiksa diri sendiri. Orang tidak bermaksud apa-apa, malah dia merasa diejek atau dihina. Defensif, selalu merasa terserang dan diserang. Konon, menurut para ahli, orang yang mudah tersinggung sebenarnya adalah orang-orang yang tidak yakin diri. Orang-orang yang “minder”. Jadi, maksudnya membela kehormatan diri, tetapi yang terjadi justru memperlihatkan rendah diri. Orang yang “tahan banting” lebih dihormati ketimbang orang yang ber-“kulit tipis”!.

Prinsip kedelapan. Belajarlah mendahulukan kewajiban ketimbang hak. Atau paling tidak, seimbang. Mengapa? Sebab hanya bila seseorang yang memenuhi kewajibannya dengan sebaik-baiknya, ia punya kekuatan moral untuk menuntut hak.

Bayangkan betapa runyamnya suasana hidup persekutuan bila anggota-anggotanya cuma berlomba-lomba menuntut hak, tetapi mengalpakan kewajiban. Kita mau gereja kita berbuat sebaik-baiknya untuk kita? Tuntutan yang wajar! Tetapi coba kita tanyakan ke diri kita sendiri: apakah kita sudah memenuhi kewajiban kita dengan sebaik-baiknya terhadap gereja kita? Ini lebih adil lagi, kan?

Prinsip ke Sembilan. Hadapilah dan selesaikanlah masalah sebelum keburu dingin dan kadaluarsa. Menyimpan dan menimbun perkara didalam ingatan dan perasaan adalah bagaikan menimbun sampah di kamar kita. Otak dan hati kita akan penuh dengan sampah! Yang paling bijaksana adalah, keluarkan cepat-cepat hal-hal yang tidak terlalu perlu dari otak dan hati kita, supaya tersedia cukup ruang untuk hal-hal yang memang besar, penting dan mendesak.
Tuhan mengajarkan, “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan … Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas” (Matius 5: 25-26).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar