Jangan
Menyinggung, Jangan Tersinggung
Kita
akan membahas empat prinsip sekaligus. Mulai dengan prinsip keenam: Perhatikan yang penting, pinggirkan yang
tetek bengek. Hal-hal kecil memang bisa mengganggu. Misalnya debu di mata
kita, krikil kecil di sepatu kita, atau sariawan di lidah kita. Tetapi usahakan
agar jangan terpana dan tersandera oleh yang kecil-kecil, sehingga kita
tak mampu lagi melihat yang lebih utama.
tak mampu lagi melihat yang lebih utama.
Salah
satu hukum sukses kehidupan yang terpenting adalah: perlakukan hal-hal kecil
sebagai kecil, dan yang besar-besar sebagai besar. Proporsional. Jangan
terbalik-balik. Sebuah toples yang sebagian telah terisi pasir dan kerikil,
tidak dapat lagi memuat barang-barang yang lebih besar. Tetapi coba kita balik.
Isilah toples itu lebih dahulu dengan yang besar-besar, maka pasir dan kerikil
itu pun bisa masuk ke situ.
Prinsip
ketujuh. Jangan cepat tersinggung.
Orang yang mudah tersinggung, bisanya digolongkan ke kelompok “orang-orang sulit“.
Orang-orang “kukuai”, kata orang cina. Nah, kita tidak mau ‘kan disebut begitu?
Orang-orang
ini bukan cuma tidak disukai orang lain, melainkan juga menyiksa diri sendiri.
Orang tidak bermaksud apa-apa, malah dia merasa diejek atau dihina. Defensif,
selalu merasa terserang dan diserang. Konon, menurut para ahli, orang yang
mudah tersinggung sebenarnya adalah orang-orang yang tidak yakin diri.
Orang-orang yang “minder”. Jadi, maksudnya membela kehormatan diri, tetapi yang
terjadi justru memperlihatkan rendah diri. Orang yang “tahan banting” lebih
dihormati ketimbang orang yang ber-“kulit tipis”!.
Prinsip
kedelapan. Belajarlah mendahulukan
kewajiban ketimbang hak. Atau paling tidak, seimbang. Mengapa? Sebab hanya
bila seseorang yang memenuhi kewajibannya dengan sebaik-baiknya, ia punya
kekuatan moral untuk menuntut hak.
Bayangkan
betapa runyamnya suasana hidup persekutuan bila anggota-anggotanya cuma
berlomba-lomba menuntut hak, tetapi mengalpakan kewajiban. Kita mau gereja kita
berbuat sebaik-baiknya untuk kita? Tuntutan yang wajar! Tetapi coba kita
tanyakan ke diri kita sendiri: apakah kita sudah memenuhi kewajiban kita dengan
sebaik-baiknya terhadap gereja kita? Ini lebih adil lagi, kan?
Prinsip
ke Sembilan. Hadapilah dan selesaikanlah
masalah sebelum keburu dingin dan kadaluarsa. Menyimpan dan menimbun perkara
didalam ingatan dan perasaan adalah bagaikan menimbun sampah di kamar kita.
Otak dan hati kita akan penuh dengan sampah! Yang paling bijaksana adalah,
keluarkan cepat-cepat hal-hal yang tidak terlalu perlu dari otak dan hati kita,
supaya tersedia cukup ruang untuk hal-hal yang memang besar, penting dan
mendesak.
Tuhan mengajarkan, “Segeralah berdamai dengan
lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan … Sesungguhnya
engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai
lunas” (Matius 5: 25-26).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar