Melawan
Diri Sendiri
Prinsip
kesepuluh menjadi anggota persekutuan yang baik: kadang-kadang kita harus mengambil jarak terhadap diri kita sendiri,
lalu berpihak kepada mereka yang menentang kita. Ada cerita tentang seorang
ibu yang berprinsip anak-anaknya harus belajar dari kesalahan yang mereka buat
sendiri. Pada suatu hari, ketika sang ibu pergi, anaknya yang bungsu, umurnya
kurang lebih delapan tahun, mengambil gunting lalu
mulai menggunting rambut kepalanya sebelah kiri dan juga bantal-bantal yang ada di kamar ibunya.
mulai menggunting rambut kepalanya sebelah kiri dan juga bantal-bantal yang ada di kamar ibunya.
Ketika
sang ibu pulang, ia tentu terkejut. Tetapi ia mengambil keputusan untuk tenang.
Ia mengambil beberapa saat untuk diam dan merenungkan apa yang sebaiknya ia
lakukan. Setelah beberapa waktu , ia pun memanggil anak itu, sambil mengambil
sebuah cermin dan menyuruh anaknya berkaca. Lalu bertanya, apakah setelah
melihat dirinya sendiri dicermin, ia mempelajari sesuatu. Anak yang melihat
dirinya “aneh” di cermin menjawab. “Ya, lain kali lebih baik Ucok tidak
bermain-main dengan gunting lagi.”
Ibu
itu berhasil membawa anak itu ke pihak yang menentang dirinya sendiri. Pilihan
ini kadang-kadang amat perlu, karena alangkah terbatasnya penglihatan kita!
Mata kita bahkan tak mampu melihat hidung yang persis ada dibawahnya, atau
pelipis yang tepat terletak disamping kiri kanannya. Ada saatnya kita harus
berani menentang arus melawan kehendak kelompok. Tetapi ada pula saatnya dimana
lebih tepat kita berpihak kepada kehendak bersama, dan mengalahkan kehendak
sendiri.
Prinsip
kesebelas. Jangan terlalu serius.
Sekali-sekali ambillah cermin, tatap muka kita, lalu tertawakan diri kita
sendiri. Kapasitas orang untuk menertawakan diri sendiri, banyak disebut-sebut
sebagai indikator kedewasaan seseorang. Pada tingkat yang paling rendah, adalah
orang-orang yang tidak bisa tertawa. Otot-otot mukanya tegang melulu. Pada
tingkat kedua adalah orang-orang yang sudah bisa tertawa, tetapi hanya untuk
lelucon-leluconnya sendiri. Kemudian yang lebih dewasa lagi adalah orang yang
sudah bisa tertawa mendengar lelucon orang lain. Dan yang paling “Top” adalah
orang yang mau dan mampu menertawakan diri sendiri. Ini adalah pertanda sampai
di mana orang dapat secara objektif menilai diri sendiri. “Janganlah menganggap
dirimu pandai,” kata Paulus dalam Roma 12:16b
Prinsip keduabelas. Kita tidak boleh bersabar dan menunda-nunda waktu begitu kita melihat
ada ketidaksetaraaan atau ketidakadilan atau “pandang muka” (Yak. 2:1-13) dalam
persekutuan kita. Segeralah bertindak dan hapuskanlah itu! Sebab itu,
adalah kesalahan paling mendasar dan racun paling berbisa bagi kehidupan
persekutuan yang sehat. Jangan bersikap manis terhadap kesalahan-kesalahan yang
fatal yang merusak persekutuan. Kebaikan hati bukan obat penawar yang cocok
untuk racun yang berbisa. Sebaliknya, tegakkanlah keadilan dan kesetaraan, maka
soal-soal yang lain akan terselesaikan lebih mudah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar