Selasa, 12 Agustus 2014

Saling Menasehati

SALING MENASEHATI,
BUKAN SALING MEMFITNAH


Apakah kita sudah menghayati benar, bahwa kita tidak punya pilihan lain kecuali harus hidup dalam kebersamaan dengan orang lain? Kalu begitu, kita akan melangkah ke pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana hidup sebagai anggota persekutuan yang baik. Prinsip KEDUA berbunyi: Milikilah kesetiaan dan tanggungjawab.

Kita bukan anggota persekutuan yang baik, bila kita cuma
mau  menerima tetapi tidak bersedia memberi. Hanya mau “Nangka” -nya tetapi menolak “getah”-nya. Tidak ada persekutuan bisa bertahan dengan anggota-anggota yang tidak mempunyai loyalitas dan tanggungjawab. Disinilah bedanya sebuah “hotel” dan sebuah “rumahtangga”. Kalau “hotel”, kita merasa tidak nyaman, kita tinggal pilih yang lain. Setiap saat kita boleh datang dan pergi. Kalau ada yang tidak beres, tinggal protes.

“Keluarga” atau “rumah tangga” berbeda. Sekali kita masuk, kita dituntut setia dan bertanggungjawab. Bila kita menolak, tidak apa-apa, kita tidak dipaksa, tetapi jangan masuk. Karena itu, masuk maupun keluar tidak mudah. Bagaimana bila ada yang tidak beres atau tidak menyenangkan? Maaf, tidak ada tempat untuk mengadu atau protes, sebab tanggungjawab kita sepenuhnyalah untuk memperbaikinya!

Tuhan menuntut kesetiaan kita, karena Dia mempersekutukan kita tidak disebuah “rumah penginapan” atau “hotel”, melainkan di sebuah “rumah Tuhan” sebagai sebuah “keluarga”! dan ini ada konsekuensinya.

Kesetiaan serta tanggungjawab kepada persekutuan, pertama-tama wajib kita nyatakan dalam bentuk kepedulian alias tidak “cuek” terhadap apa yang terjadi di dalam tubuh persekutuan kita. Itu berarti kalau ada yang tidak beres, kita tidak boleh acuh tak acuh saja. Kita harus mengatakannya. Kita harus menyatakannya. Tetapi dengan terbuka. Inilah prinsip yang KETIGA.

Bila kita mau menjaga hidup persekutuan berlangsung dengan baik, janganlah membicaran keburukan orang di belakang yang bersangkutan. Tetapi berbicaralah secara terbuka. Atau bila kita tidak mau berbicara secara terbuka, lebih baik kita diam.

Penulis Surat Ibrani dengan indahnya menggabungkan dua prinsip yang sedang kita ulas ini. “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita” – ini prinsip kesetiaan. “Tetapi marilah kita saling menasehati” – inilah prinsip ketiga yang dimaksudkan (Ibrani 10:25).

Kritik adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah persekutuan. Tetapi harus dilakukan dengan terbuka, bijak dan tujuan yang murni. Sebab yang dipesankan kepada kita adalah “saling menasehati”, bukan “saling memfitnah” (Yak. 4:11). Sebab itu, sebelum kritik kita lancarkan, jawab dulu tiga pertanyaan: (1) benarkah?; (2) perlukan?; dan (3) Tepat dan bijaksanakah caranya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar